Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Sample Text

Sample text

Wednesday 9 December 2015

I Will Marry You Ce Gu (3)

Image Source : imagebuddy.com

Pembicaraan Susanti dan Zaky berakhir tanpa banyak dialog . Zaky meminta waktu untuk menjawab pertanyaan Susanti, banyak hal yang ia pertimbangkan untuk memutuskan “Ya” atau “Tunggu”. Sementara Lebaran tinggal lebih kurang enam bulan lagi dan itu bukan waktu yang cukup jika bicara hal sebesar ini bagi Zaky.
Waktu terus berlalu sementara lebaran semakin dekat, Zaky terus disibukan dengan pekerjaannya begitu pula dengan Susanti. Intensitas komunikasi dua sejoli tetap terjaga dan hangat seperti biasanya namun bak sudah memahami isi hati masing-masing, keduanya menghindari membahas tentang pembicaraan ayah Susanti tempo hari. Susanti hanya terus berdoa semoga keputusan Zaky adalah yang terbaik buat mereka berdua, ia memahami betul prinsip Zaky tentang masa depan khususnya tentang berkeluarga dari isi diskusi via suara yang kerap kali mereka lakukan disela melepas lelah dan penat kerja . Zaky juga mengerti tentang cara berfikir serta olah rasa kekasihnya yang menyukai kesederhanaan, kesahajaan serta sangat menghargai perjuangan.
“Nanti Ba’da isya abang telfon yah Ce Gu ..?” Isi pesan singkat Zaky kepada Susanti dengan panggilan khas nya.
Susanti tidak membalas pesan Zaky karena ia tahu apapun jawabannya Zaky akan tetap menelefon.
Sejam berlalu, hujan masih menyisakan gerimis namun gemintang sudah mulai terlihat dilangit Surabaya. Suara TV terdengar pelan, malam tampak tenang meski jam baru menunjukan pukul sembilan belas lebih tiga puluh menit, terlihat dari balik jendela kamar Zaky jalanan yang biasanya ramai dengan lalu lalang kendaraan tampak lengang. Zaky yang selepas Sholat Isya langsung terfokus dengan laptopnya, menyelesaikan rencana kerja hariannya untuk besok pagi segera meraih Hand Phone dan menghubungi Susanti.
“Assalamualaikum….Ce Gu ? Apa kabar hari ini ?” Zaky membuka pembicaraan dengan sedikit menggoda.
“Waalaikumsalam… , hmm. Sepertia biasa… selalu luar biasa, ngadepin anak-anak super di sekolah.” Balas Susanti dengan nada agak mengeluh
“Bu guru yang semangat ya…” Jawab Zaky sembari menyemangati Susanti
“Iya… abang apa kabar ? kerjaanya rehat dulu, udah sholat ?” Tanya Susanti
“Alhamdulillah baik dan selalu rindu, Sudah…kerjaan juga udah selesai buat hari ini. Eh, Santi ukuran bajunya masih sama kaya yang dulu kan ?” Tanya Zaky lugu tanpa mempertimbangkan bahwa pertanyaan semacam itu adalah ‘tanda perang’ bagi wanita.
“Kenapa bang !? memangnya abang kira Santi gendut gitu !?Santi mah masih puasa Senin-Kamis bang, tiap minggu pagi juga santi sepedaan trus sorenya senam sama ibu-ibu komplek. Santi timbang badan sehari dua kali tau bang !” Jawab Susanti seolah membalas serangan Zaky.
Zaky menepuk jidatnya sendiri, ekspresinya penuh penyesalan dan sedikit tampak konyol.
“Astagfirullah… blunder…” Kata Zaky dalam hati
Ia yang baru sadar akan ucapannya yang keliru dalam menata kalimat . Meski sudah sering membaca artikel tentang trik jitu  menyusun dialog dengan kaum hawa, ia masih saja terlalu spontan dalam bertutur.
Setelah dialog alot via telefon, akhirnya adrenalin Susanti bisa diredam dengan sedikit implementasi beberapa prinsip ilmu loby yang dikombinasi dengan penegetahuan musik pria kalem namun sedikit kocak tersebut. Ia sudah mahfum dengan Susanti yang dominan bersikap tenang dan anggun namun jika marah maka akan drastis berubah menjadi ‘Orator ulung’ yang khusus membidangi ‘Ormas Wanita Takut Dibilang Gemuk’. Tidak begitu banyak hal serius dalam isi pembicaraan pasangan belia tersebut,  kontras dengan moment-moment sebelumnya yang dominan dengan diskusi dan sharring .
***
Tidak terasa bulan Ramadhan pun tiba, kali ke tiga bagi Zaky tidak menyambut bulan penuh berkah tersebut dengan Ayah dan ibu serta saudaranya di rumah.
“Tiga minggu lagi pulang, Semangat Ze ! ” ucap Zaky dalam hati memotivasi dirinya sendiri.
Jam kerja yang sedikit longgar dibulan ramadhan ia manfaatkan untuk mencicil membeli oleh-oleh buat keluarga di rumah, setiap pulang kerja sembari menunggu waktu berbuka selalu ia gunakan untuk mengunjungi pusat perbelanjaan , mulai dari pakaian pria hingga toko khusus busana wanita syar’i. Tidak lupa list belanja pun telah ia persiapkan agar lebih efektif dalam menggunakan uang dan waktu.
“Buat Mama…Komplit. Papa…. Cukup. Buat Dimas…pas. Beres…!” gumam Zaky di sebuah taman didepan plaza.
Bersantai menunggu beduk berbuka puasa, dengan beberapa kantong belanja berisi pakaian dan oleh-oleh untuk keluarganya di rumah serta takjil yang sudah siap santap Zaky menikmati suasana sore di taman plaza yang tidak begitu ramai, hanya terlihat beberapa komunitas di sudut-sudut taman sedang asik berbincang menghabiskan waktu menjelang berbuka puasa serta beberapa pasangan yang tampak khusuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Zaky memastikan waktu, jam tanggannya menunjukkan sepuluh menit lagi pukul tujuh belas lebih dua puluh lima menit, itu artinya sebentar lagi waktu buka puasa.
Seorang wanita berkerudung merah mengalihkan perhatian zaky dari layar smart phonenya. Wanita dengan pakaian model gamis kekinian berwarna biru gelap tampak anggun melintas didepannya, padu padan yang apik memperlihatkan cara cerdas wanita tersebut dalam hal fashion. Namun bukan itu yang mengalihkan perhatian serta membuat lelaki cuek nan sederhana tersebut cukup lama memandangnya, Zaky tertarik pada sesuatu yang ia pakai dikakinya dan sesuatu yang ia bawa dipunggungnya-sebuah sandal gunung menjadi alas langkahnya serta sebuah daypack yang notabene dipakai oleh para backpacker.
“Backpacker Muslimah, jangan-jangan di dalam day packnya bukan perlengkapan jalan. Tapi sayapnya ” dalam hati Zaky berkata sambil senyum simpul.
Beberapa menit berlalu, Zaky membuka kembali ceck list belanjanya, tiga hari lagi ia akan kembali ke Kalimantan Barat. Tampak semua keperluan perjalanan pulangnya sudah siap, mulai dari tiket pesawat sampai tiket travel menuju kota kelahiran dari ibu kota provinsi. Ia membuka lembar berikutnya, tertulis di bagian subject list tersebut kata ‘Ce Gu’.
“Besok, Cincin, Gamis, Kerudung, Tas dan Sepatu Wanita. Fix, ke butik Bu Ina” bisik Zaky.

The End

0 komentar:

Post a Comment