Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Sample Text

Sample text

Thursday 10 December 2015

Tunggu Kau

Matahari sebentar lagi pamit,gerimis kian merapat
Ujung jalan satu-satunya menghampiri bangku taman ini,tersorot penuh harap dari mataku.
Celoteh berpasang-pasang hati sayup mesra ku dengar,semesra kupu-kupu bersayap merah bersinar.
Dua puluh menit,dan kau masih tak disini,penuhi janji seratus empat puluh delapan jam lalu.
Seminggu aku berharap hari berganti sabtu.
Hari saat harus ku bengkas isi hati ini di depanmu,ku harap kau mau.
Tiga puluh menit,aku ragu untuk menelefonmu,mungkin kau sedang serba salah di sana,memilih baju dan berdandan.
Sabar dan diam,senyum kecil dan debar aneh temani aku tunggu kau.
Tunggu menit-menit sejak setahun lamanya kita saling kenal.
Enam puluh menit,seharusnya sejak tadi kita di sini.
Harapanku kian membunga berwarna harum senyummu.
Ponselku berdering,”One Text Messege Receive” dan ku baca.
Isinya pembatalan janji kami,ia harus berangkat setengah jam lagi.
Menuju tempat seberang selat Karimata.
Habis
Ditulis 6 Januari 201

Blog Post ini merupakan salah satu bab dalam buku Senandung Diam  yang Admin tulis di Storial.co

0 komentar:

Post a Comment